“Assalaamu’alaikum. Jawaban-Mu ternyata BIUS. BIUS adalah beasiswa yang
memberikan harapan bagi terciptanya pemerataan pendidikan di Indonesia….
Saya sangat terbantu dengan adanya BIUS. BIUS adalah jembatan Saya
menuju matematikawan sejati. BIUS berbeda dengan beasiswa lainnya…. Yang
membedakannya adalah penerimanya diberikan seminar motivasi agar bisa
berkarya di masyarakat sebagai agent of change…. Saya berterima kasih
untuk BIUS. SALAM HEBAT UNTUK KITA YANG HEBAT.”
”Selebaran
itu BIUS. Sunarya, itulah nama Saya.... nama yang penuh arti.... SUka
berkata beNAR dan terpercaYA. Nama panggilan AYA, Arti Yang Abadi....
Dalam bahasa Sunda bisa disebut AYA-AYA WAE.... yang artinya ada-ada aja.... karena memang orangnya ada-ada aja. BIUS, Beasiswa ITB Untuk Semua, merupakan program yang sangat super.... Saya
rasa beasiswa ini bisa merangkul semua putra-putri potensial dan
bercita-cita tinggi di seluruh Indonesia. Saya menulis catatan ini untuk
menceritakan sekilas cerita yang Saya alami before and after
Saya mengikuti program ini.... Beberapa bulan yang lalu ketika ITB
hanya masih berupa institut impian, hanya berupa asa yang berkilauan
terpendam di kalbu dan Saya pun hanya siswa dari SMA terpencil, SMAN 1
Telagasari, Saya
mencari banyak informasi seluruh beasiswa universitas.... Salah satunya
universitas terkemuka di Indonesia.... Tetapi tidak lolos.... Saya
tidak merasa putus asa karena kuatnya resultan gaya tarik semangat untuk
meraih cita-cita.... Hingga beberapa waktu Saya pun mulai kelelahan mencari informasi-informasi tersebut....
Di samping sudah merasa lelah, Saya merasa dunia tidak adil dikala
teman-teman Saya bisa masuk universitas dengan mulusnya tanpa tes bakat
(baca: cukup tes finansial saja). Akan tetapi, Saya berusaha untuk
membuang jauh-jauh pikiran itu. Hingga akhirnya Allah menjawab doa Saya
dan orang tua Saya. Saya mendapatkan selebaran, Ternyata eh ternyata selebaran yang Saya temukan adalah awal Saya mengenal BIUS.... ya benar BIUS. Pandangan pertama awal kita berjumpa (kayak lagu Arafik neh)....
Ya, ya BIUS, Beasiswa yang didambakan banyak putra-putri potensial
untuk dapat berkuliah di ITB.... Penemuan selebaran tersebut, bagi Saya,
melebihi penemuan James Watt atas mesin uap yang dapat memunculkan
Revolusi Industri di Inggris, penemuan Max Planck atas teori kuantumnya
yang mentransisi fisika menuju Fisika Modern, penemuan Einstein atas
Efek Fotolistik yang menambah perbendaharaan fisika, penemuan KPK atas
rekaman pembicaran bos PT. Massaro, Anggoro Widjoyo, yang memunculkan
teori persaingan-baru antarlembaga negara di Indonesia yang kita kenal
dengan Teori Cicak-Buaya dan bahkan mengalahkan penemuan Mamah Laurent
atas takhayul kiamat 12 Desember 2012 yang memunculkan
perdebatan antarparanormal Indonesia dan juga memunculkan Sidang
Paripurna Majelis Paranormal Roksi (MPR). Setelah penemuan selebaran
tersebut, Muncullah Mentari di Cawandatu yang menghangatkan asa untuk
menggapai cita.... Hari itu juga, Saya bersama teman Saya, Rayyan,
langsung mencari informasi BIUS ini.... Dengan semangat Saya dan Rayyan,
singkat cerita, kami menyiapkan dokumen kelengkapan persyaratan BIUS.
Setelah kelengkapan selesai, Saya mengirimkan langsung ke Bandung karena
memang sudah hampir deadline. Kalau dikirim via pos
dikhawatirkan terlambat. Kami pergi jam 7 malam dari Karawang, kota
lumbung padi dan lumbung keterbatasan, salah satu kota yang dijadikan
tempat penempatan orang-orang Jawa untuk proyek penanaman padi pada
zaman Hindia Belanda. Kami tak mengetahui bahwa pukul 19.00 WIB sudah
kehabisan bus ke Bandung.... Kami pun naik bus ke kota lain yang
kebetulan melewati Bandung tapi tidak transit di terminal.... setelah
sampai di Bandung, dengan gegap gempita, kami turun di tanah Parahyangan
tempat Putri Dyah Pitaloka dilahirkan, secara ilegal di jalan tol
sekitar Cimahi.
. Kami terus berjalan, lagi-lagi kami sial, ternyata angkot arah Dago sudah tidak ada karena memang jam sudah menunjukkan arah pukul 00.00 WIB. Terpaksa kami merogoh kocek lebih dalam untuk membayar ojek, alat transportasi khas Indonesia yang muncul akibat desakan ekonomi sehingga memanfaatkan motor pribadi untuk dijadikan mode transportasi. Singkat cerita, kami tiba di kampus Ganesha pukul 00.45 WIB. Kebetulan masih ada penjual ayam bakar dan pecel lele yang masih tersisa.... kami pun mencoba jaga gengsi sebagai calon mahasiswa ITB dengan memesan bebek goreng. Ternyata kami tak tahu harganya mahal banget.... Apa yang terjadi? abrakadabra.... uang kami makin tak cukup untuk esok hari. Setelah makan, kami mencari Masjid Salman ITB tapi tak ditemukan (ya iyalah bentuknya sangat beda dengan masjid umumnya, red.). Akhirnya kami tidur di bangku besi pinggir jalan tepatnya depan lapangan parkir TL. Keesokan harinya kami terpaksa mendatangi direktorat tanpa sarapan karena uang yang sudah sangat minim. Setelah mendaftar dengan berbagai ujian mental termasuk antri, kami pun pulang dengan menggunakan kereta api. Membelah gunung-gunung Bandung, menyusuri hutan hijau.... dan tibalah di Kabupaten Karawang untuk menunggu harapan, harapan pengumuman BIUS. Menghitung hari detik demi detik. Jam berlalu silih bergantian, hari berlalu dengan senyum mentari, minggu berlalu dengan penantian terpaku.... haripun berlalu.... suatu hari.... datanglah pengumuman penerima BIUS. Sunarya, anak hitam manis, berperawakan kecil mungil dengan senyum gigi putihnya dan aroma wangi tubuhnya, siswa tampan dari SMAN 1 Telagasari merupakan salah satu nama yang berderet di antara 200 orang lainnya dari seluruh pelosok Nusantara.... Hatiku gembira riang tak terkira mendengar berita kabar yang bahagia.... (kaya lagu Boneka Cantik karya Mahmud Syam yang dinyanyikan Almarhumah Elia Kadam ya?).... Namun sayang 1000 kali sayang kegembiraan tersebut sedikit terpatah karena Rayyan tak diterima.... Kini dia bekerja untuk mengikuti SNMPTN tahun depan.... cayo Rayyan. Bebek goreng yang mahal itu dan kampus impianmu itu, juga kursi besi itu, menunggumu.... ITB.... Dengan bimbingan relawan BIUS, Kak Putri, melalui SMS, Saya pergi ke Bandung dengan sejuta harapan yang ada. On the way, tebersit rasa sombong sehingga tersentuh orang pun tak mau.... Maklum, calon mahasiswa ITB.... eh maaf lagi ya! sombongnya kambuh lagi nih…. Setibanya di Bandung Saya bertemu dengan teman lain dari seluruh pelosok Nusantara. Seakan kami disatukan oleh cita-cita Gajah Mada yang ingin menyatukan Nusantara, kami semua semangat menghadapi ujian yang akan dihadapi. 200 orang itu tinggal di barak.... semua bercerita, semua gembira dipandu relawan yang setia dan Bu Betty yang keren abis ya! Ujian berlalu…. hanya 27 orang yang lolos lewat USM Terpusat…. Saya tak putus asa, Saya nekat untuk ikut SNMPTN.... Pilihan pertama USM adalah FMIPA ITB dan pilihan kedua adalah universitas lain.... Ketika SNMPTN Saya pergi ke Bandung dan apa-apa serba sendiri.... akhirnya, selesailah sudah.... Saya menunggu hasil SNMPTN.... Ketika malam Saya tahajud, Saya berdoa " Ya Allah jika Engkau Meridhai hamba-Mu kuliah di ITB maka perkenankanlah ya Allah.... Namun apabila tidak, hamba yakin yang Engkau Putuskan adalah yang hamba butuhkan ya Allah.... Hamba akan mencobanya lagi pada SNMPTN tahun depan ya Allah".... Akhirnya doa seseorang tersebut dikabulkan dengan datangnya SMS Kak Putri, "Sunarya, kamu ikut SNMPTN kan? selamat ya! berdasarkan berita yang ada kamu masuk FMIPA. Tapi kalau ga percaya ntar Saya tanyakan Bu Betty lagi ya!” Singkat cerita, Saya daftar ulang ke direktorat untuk yang kelima kalinya.... yang pertama ketika daftar BIUS, yang kedua ketika jalan2, ketiga ketika mau pulang dari daftar BIUS, keempat ketika daftar USM bersama 200 orang calon penerima BIUS.... Saya daftar ulang SNMPTN tidak pulang lagi hingga sekitar 2 minggu karena langsung ada PROKM ITB.... Daftar ulang berlalu, PROKM yang menjadi ajang perkenalan berlalu, Saya pun resmi menjadi mahasiswa ITB dengan predikat penyandang penerima BIUS.... Kuliah pertama pun dimulai, rasanya mimpi bisa menuntut ilmu di kampus tempat menelurkan tokoh-tokoh hebat. Soekarno, Sang Insinyur dengan orasi ulungnya terutama ketika menggemparkan dunia dengan pidatonya di depan Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan judul Membangun Dunia Baru Kembali, Sahrir, seorang pejuang muda sejati, Habibie, cendikiawan yang membawa Indonesia menjadi negara pemroduksi pesawat mengalahkan Jepang yang pada saat itu belum memiliki teknologi sehebat Indonesia dalam hal kedirgantaraan.... Rasanya Saya masih menganggap bermimpi karena baru saja Saya bermimpi kemarin dan saekarang sudah nyata. Ketika menginjakkan kaki sebagai mahasiswa ITB yang terlintas hanyalah kebanggaan yang tak terkira. Kebanggaan menjadi adik kelas Soekarno, kebanggaan menjadi penghuni Kampus Ganesha. Sebagai mahasiswa ITB, Saya berjanji menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.... Saya berjanji. Penerima BIUS jalur SNMPTN berjumlah 13 orang menjalani Bridging susulan yang dipandu Kak Ahmad, untuk mengatur jalannya Bridging dari minggu ke minggu. Dari Bridging banyak hal yang dipelajari tentang bekal awal yang harus dimiliki mahasiswa.... ke-13 orang menyatu dengan 27 penerima BIUS lainnya menyatu membentuk kesatuan yang abadi. Keempatpuluh BIUS-ers ini menyatu bersama. Banyak cerita yang telah diukir, banyak acara yang dilalui, banyak pula keakraban yang terjadi di antara anak-anak penuh harap ini.... 3 bulan berlalu, BIUS-ers berjalan dengan ciri khasnya masing-masing. Badawi dengan bab cintanya, Verry dengan logat lucunya, Bibit dengan kedewasaannya, Ardian dengan dakwahnya, Irwan dengan kegiatan aktivisnya, Nurul dengan bahasa puitisnya, Setyo dengan kalkulusnya, Azka dengan semangat pencarian makan gratisnya, Ummi dengan jiwa manajemennya, Arai dengan cerita-cerita yang menghebohkannya, Karim dengan perencanaan planonya, Widi dengan sifat ndesonya, Luki dengan ceplas-ceplosnya, Imron dengan bahasa khas F menjadi P-nya, Icha dengan bahasa kealimannya, Pomto dengan sifat lucunya, Lutfi dengan kacamatanya, Ical dengan misteri diamnya, Arbi dengan jiwa Betawi-nya, Haris dengan gaya kokonya, Edi dengan capsa-nya, Nirmala dengan rambut keriting dan jalan cepatnya, Reychal dengan sifat pelupanya, Teguh dengan bahasa kepemimpinannya, Listia dengan diam emasnya, Nurcha dengan jilbabnya, Surya dengan Sooko-nya, Fafa dengan kejantanannya, Susi dengan kulit putihnya, Topan dengan cambang dan ketampanannya, Antika dengan rok putihnya, Leo dengan sakitnya, Susanto dengan Way Jepara-nya, Winda dengan wajah manisnya, Eka dengan program arisannya, Yeni dengan senyum kewanitaannya, Neni dengan senyum maut dan rahasia dibalik dirinya, Piska dengan ketomboian dan rambut Charlie ST12-nya, Wulan dengan pendapat yang menusuknya.... dan hal lain yang tercipta....
Kini 3 bulan sudah berlalu.... Kini, BIUS 2009 bersatu
untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah didapat.... Kini, ke-40
BIUS-ers, panggilan penerima BIUS, siap berusaha menjadi yang terbaik. BIUS-ers siap menjadi agent of change
untuk Indonesia.... Pesan: kita BIUS adalah penerima beasiswa, jangan
sampai kita terlena.... apa yang kita terima harus kita
pertanggungjawabkan pada Tuhan, keluarga, dan pemberi beasiswa ini....
dengan semangat kita harus jadikan BIUS seperti logonya yang penuh
warna-warni dalam satu ikatan.... bagi sahabat BIUS-ers. Kita songsong Generasi Kedua dari BIUS.... Kita songsong Reinkarnasi BIUS 2010.... Kita
kalahkan reinkarnasi Kera Sakti. Kita tunjukkan kita bisa merangkul
Adik-adik kita.... Kita buktikan bahwa kita akan mengikuti jejak Relawan
BIUS. Kita ikuti jejak Pahlawan BIUS.... Kita sukseskan BIUS 2010....
Gemparkan Nusantara dengan informasi BIUS ini ke seluruh Indonesia....
Sukseskan "Satu BIUS Untuk Semua”. Amin.... Bagi Adik-adik pendaftar BIUS, buktikan mimpi kalian. Buktikan kalian bisa. Buktikan Laskar Pelangi
terjadi dalam diri kalian. Mari kita bersatu.... kami kakakmu.... siap
merangkul kalian.... Semangat Adikku.... "SALAM HEBAT UNTUK KITA YANG
HEBAT". Kesan: Semua cerita ini
akan kita kenang hingga kita menjadi orang sukses semua.... Sahabat
BIUS-ku.... kamu temanku.... relawanku.... kamu pahlawanku.... Saya
bangga dengan perjuangan kalian....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar