6 Juli 2015

KITAB SUCI AJARAN PIKUKUH SUNDA




Di dalam AJAR PIKUKUH SUNDA ; gunung, hutan, sungai, danau, dll.... itu merupakan Bumi Suci / Rumah Suci tempat mengabdikan diri / beribadat / beribadah kepada Yang Maha Kuasa dengan cara :
1. Menjaga (melestarikan)
2. Merawat (menata)
3. Mempergunakan (memanfaatkan)

Planet BUMI adalah "tempat tinggal" berbagai jenis mahluk, termasuk manusia. Di dalam Ajar Pikukuh Sunda sering disebut sebagai BUANA LARANG (*larang=suci), BUMI SUCI PALINGGIHAN NYAI POHACI, dst. Maka, di wilayah Pa-Ra-Hyang dikenal istilah BUMI sebagai RUMAH (*tempat tinggal), contohnya sebagai berikut :
-   "...di mana bumi ambu teh...?"
-   "...bumi simkuring di Purwakarta..."

Bumi Suci / Rumah Suci atau Buana Larang itu harus tetap dijaga kesuciannya agar kelak segala unsur kehidupan dapat saling menerima dan memberi kehidupannya bagi masa kini hingga masa yang akan datang... bagi siapapun dan apapun... saling memberi dan menerima...

Maka, siapapun yang MERUSAK salah-satu dari gunung, hutan, sungai, danau, dll adalah sama dengan merusak rumah peribadatan Manusia Sunda, dengan demikian ciri-ciri keberadaan Manusia Sunda itu ditandai dengan :
1.  Gunung-gunung teguh pada tempatnya.
2.  Hutan-hutan hijau dan lestari.
3.  Sungai-sungai jernih dan terawat.
.....lingkungan hidup yang nyaman, tentram, sehat, dan damai.....

Setiap MANUSIA SUNDA adalah NABI (manusia cahaya / manusa ing weruh disemu saestu) yang diutus oleh Hyang Maha Kawasa turun ke Bumi... dan kelak disebut NABI / NABE / NABO...dst. adalah seseorang yang memiliki perilaku-guna terpuji, menjadi panutan bagi orang banyak... ia adalah penjelmaan dari BATARA GURU yang kelak disebut GURU AGUNG (Guru Besar)... "Wastu Si Wong Titahan Sang Hyang Larang nu ngalarang di Buana" .  

Buana Larang (Bumi Suci / Rumah Suci) inilah yang senyatanya disebut KITAB SUCI hasil daya cipta Hyang Maha Kawasa yang sama sekali tidak ada tanding dan bandingannya... dapat DIBACA oleh berbagai bangsa, baik bangsa manusia, satwa, tumbuhan, genderuwo, dedemit, siluman...dll.... jadi.... PENGERTIAN KITAB SUCI DALAM AJAR PIKUKUH SUNDA ITU BUKAN BUKU YANG DICETAK DGN TINTA APALAGI DGN JENIS AKSARA KHUSUS YANG TIDAK TERPAHAMI OLEH SEMESTA KEHIDUPAN... ;)
Contoh :
1.  Kembang WIJAYAKUSUMAH tidak mekar di siang hari... karena ia "MEMBACA"
2.  Kangkung memilih mati dari pada harus hidup di gurun pasir... karena ia "MEMBACA"
3.  Kambing mampu membedakan antara rumput dgn paku... karena ia "MEMBACA"
4.  Harimau tidak mencari makan ikan paus di lautan... karena ia "MEMBACA"
5.  Dedemit tidak mau makan bantal-guling... karena ia "MEMBACA"
6.  Bangsa INDONESIA kehilangan JATIDIRI-nya... karena "TIDAK PANDAI MEMBACA"
........dst... dll.......

"MUSTAHIL BUKU ('kitab) LEBIH DULU ADA SEBELUM KESUNYATAAN.... Logikanya sederhana, mana yang LEBIH DAHULU ADA dalam SEMESTA KESUNYATAAN INI...?
1.  Entitas terlebih-dahulu atau sebutan dulu...? (*materi pun imateri)
2.  Sebutan terlebih-dahulu atau tulisan dulu...?
3.  Tulisan terlebih-dahulu atau aksara dulu...?
4.  Buku ('kitab') terlebih-dahulu atau tulisan dulu...?
5.  Kejadian dulu atau dongeng dulu...?

Siapa manusia yang dapat membuat gunung - hutan beserta sungainya...??? ....adakah BENTUK RUMAH IBADAT dan KITAB SUCI yang lebih indah dan lebih sempurna dari hasil daya cipta Yang Maha Kawasa...??? (*kalau ada pasti sudah saya sembah  :)

Maka dari itu Pikukuh Sunda mengajarkan DHARMA BAKTI (*berbuat kebaikan / berbakti dgn cinta-kasih) kepada segala mahluk yang ada di Planet Bumi, tanpa memandang ras, suku, golongan apap-pun baik itu manusia, binatang, tumbuhan, siluman, dedemit serta semesta kehidupan lainnya, sebab Manusia Sunda meyakini bahwa segalanya adalah HASIL DAYA CIPTA YANG MAHA KERSA... maka dengan segala hormat harus apa adanya dan begitu adanya... tidak boleh dilebih-lebihkan dan tidak boleh dikurangi... (*tidak perlu lebay...)

Ironisnya para alim-ulama Indonesia terutama dari golongan yg merasa paling benar, baik yang resmi di pemerintahan maupun yang tidak resmi (*liar) selalu mengatakan :
"...JIKA SUNDA ITU SEBUAH AJARAN AGAMA.... MANA KITAB SUCINYA...???  SIAPA NABINYA...???
...waduuuuh... (*maaf saja kalau SAYA harus menganggap bahwa mutu OTAK mereka itu sangat kerdil dan dangkal).

KITAB SUCI YANG BERBENTUK BUKU ADALAH KUMPULAN AKSARA BERISI DONGENG / CERITA YANG DAPAT DIROBAH SESUAI KEPENTINGAN... dan SETIAP MANUSIA HARUS MENJADI NABI MAKA TIDAK ADA ISTILAH NABI TERAKHIR.... NABI HARUS ADA DISETIAP JAMAN DAN DIMANAPUN.

CATATAN :
---------------
Perlu dipahami bahwa istilah ORANG SUNDA itu artinya setara dengan UMAT (pengikut)... sehingga berbeda jauh artinya dgn MANUSIA SUNDA (manusia cahaya) yang maknanya adalah NABI atau orang yang meng-ABDI-kan dirinya kepada Yang Maha Kuasa karena: KESADARAN, KECERDASAN, KEPINTARAN, KEPANDAIAN serta KECERDIKANNYA.... orang yang diberi AKAL dan mempergunakannya.

Oleh Lucky Hendrawan

7 komentar:

  1. top bro... ! kemerdekaan akal dan pikiran tanpa terbebani atribut2...

    BalasHapus
  2. Buset kitab suci sekelas alquran di anggap dongeng keren emang orang ini

    BalasHapus
  3. Buset kitab suci sekelas al quran di anggap dongeng keren emang orang ini

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

  6. 1. **Mengapa orang musyrik mengira “nabi harus ada di setiap zaman”?**

    Kaum musyrik (baik Arab kuno, Yunani, India, maupun Nusantara zaman pra-Islam) punya **pandangan bahwa alam semesta penuh dengan roh, dewa, dan makhluk suci.**

    Mereka meyakini:

    * Setiap zaman dan wilayah **punya “penjaga spiritual”** atau wakil dewa (kadang disebut nabi, pendeta, atau rishi).
    * Kalau tidak ada “perantara” itu, mereka merasa **tidak ada yang menyampaikan doa kepada Tuhan atau dewa.**
    * Maka, bagi mereka, **nabi atau pemuka spiritual harus terus ada selamanya**, karena “tanpa dia, dunia tak punya penuntun.”

    Jadi, pandangan ini lahir dari **kepercayaan politeistik** (banyak dewa), di mana setiap tempat dan masa butuh “juru bicara” dengan langit.

    ---

    2. **Mengapa dalam Islam ada Nabi Terakhir?**

    Dalam Islam, konsepnya **berbeda total** dengan kepercayaan politeistik itu.

    ### a. Allah Maha Langsung, tidak perlu perantara baru

    > “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS Qaf: 16)

    Islam menegaskan bahwa **hubungan manusia dengan Allah tidak butuh nabi baru setiap zaman**, karena:

    * Allah langsung mendengar dan mengetahui segalanya.
    * Wahyu sudah disempurnakan lewat Nabi Muhammad ﷺ.

    ### b. Wahyu telah sempurna

    > “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu…” (QS Al-Maidah: 3)

    Artinya:

    * Semua petunjuk hidup, akidah, dan hukum sudah lengkap.
    * Tidak diperlukan lagi nabi baru, karena **ajaran Islam mencakup semua zaman dan tempat.**

    ### c. Nabi Muhammad ﷺ sebagai penutup (Khatam an-Nabiyyin)

    > “Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para nabi.” (QS Al-Ahzab: 40)

    Kata **"Khatam an-Nabiyyin"** berarti **“segel kenabian”**, bukan hanya “terakhir” dalam urutan waktu, tapi juga **penyempurna** dari rangkaian kenabian sebelumnya.

    ---

    3. **Jadi, kenapa orang musyrik sulit menerima konsep Nabi terakhir?**

    Karena mereka:

    * Tidak bisa membayangkan **agama tanpa perantara baru.**
    * Terbiasa bahwa setiap generasi punya “pemimpin spiritual” yang dianggap suci.
    * Tidak memahami konsep **wahyu sempurna dan Tuhan Esa tanpa perantara.**

    Mereka ingin nabi terus ada, seperti sistem dukun atau pendeta mereka — padahal Islam datang untuk **memutus sistem perantara itu.**

    ---

    4. **Analogi sederhana:**

    Bayangkan dunia seperti sekolah.

    * Nabi-nabi sebelum Muhammad ﷺ = guru-guru kelas 1 sampai kelas 11.
    * Nabi Muhammad ﷺ = guru kelas 12, yang menutup pelajaran seluruh kurikulum.
    * Setelah itu, tidak perlu guru baru, tapi murid tinggal **mengamalkan dan menyebarkan ilmu yang sudah lengkap**.

    Itulah fungsi **ulama dan orang saleh** — bukan nabi baru, tapi penerus ilmu dari Nabi terakhir.

    ---

    **Ringkasnya:**

    > Orang musyrik berpikir Tuhan jauh dan butuh perantara baru tiap zaman. Islam mengajarkan bahwa Allah dekat, wahyu sudah lengkap, dan Nabi Muhammad ﷺ adalah penutup seluruh nabi.

    ---


    BalasHapus